Sabtu, 20 April 2013

ROMEO DAN JULIET


Rantepao - Pemakaman Tana Toraja di Sulsel, sudah dikenal oleh traveler dunia. Tapi tahukah Anda, di antara ribuan mayat di sana terdapat kisah percintaan seperti cerita 'Romeo dan Juliet'. Dua sejoli yang meninggal tragis demi cinta.
Salah satu tujuan wisata di Toraja adalah Londa. Londa adalah gua yang dipenuhi oleh makam-makam. Di tebing-tebing guanya terdapat patung kayu manusia lengkap dengan pakaian berjejer rapi, sebagai simbol orang yang sudah mati. Di dalam guanya, juga terdapat banyak peti mati.
Di salah satu bukitnya terdapat pemakaman khusus keluarga, yang diperkirakan terdapat ribuan mayat. Dari ribuan mayat tersebut, ada sepasang kekasih yang bernama Lobo dan Andui. Mereka berdua dipercaya meninggal karena gantung diri di pohon yang sama gara-gara percintaan yang tak direstui.
"Iya, mereka meninggal karena bunuh diri. Makanya dikenal sebagai 'Romeo dan Juliet',"
Kisah percintaan mereka adalah hubungan yang terlarang. Sebab, keduanya masih dalam satu keluarga bangsawan yang memang dilarang oleh para leluhur mereka.
Karena larangan itu, mereka pun memilih jalan untuk menggantung diri. Peristiwa ini juga dipercaya terjadi sekitar 70 tahun yang lalu. Pihak keluarga akhirnya menyepakati untuk memakamkan keduanya secara berdampingan di bukit Londa. Dua tengkorak kepala itu pun dikeluarkan dari peti dan disimpan di atas peti yang telah hancur tersebut.
Sekitar 4 kilometer dari Londa, ada Kete Kesu yang begitu eksotis. Kete Kesu adalah suatu desa wisata di kawasan Tana Toraja yang dikenal karena adat dan kehidupan tradisional masyarakatnya. 
Selain terdapat rumah adat Toraja atau dikenal Tomponan yang didirikan sejak ratusan tahun yang lalu, desa ini juga memiliki bukit pemakaman yang serupa dengan Londa. Namun, pemakaman di Ketekesu tak hanya khusus untuk keluarga saja.
Terdapat enam Tomponan di Kete Kesu yang dulunya dipakai oleh nenek moyang mereka untuk tempat tinggal para bangsawan. Awalnya, Tomponan hanya berada di bukit-bukit saja. Namun, pihak Belanda meminta untuk memindahkannya ke pinggir jalan.
"Bangunan ini sudah ada sejak 700 tahun lalu. Di zaman itu, ada semacam komunikasi masyarakat Toraja dan Belanda yang dibicarakan sebaiknya Tomponan dipindahkan di dekatkan dengan jalan umum, agar mudah. Ini awalnya dari atas gunung, rumah adat di sini ada enam,".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar